SEJARAH

171 0

Haurseah, diperkirakan sudah ada sejak awal abad ke 15Nama ini menurut tradisonal lisan tempat ini awalny merupakan sebuah kabuyutan atau tempat yang disucikan.

Kata Haurseah berasal dari “haur “ yang artinya kebun bambu,dan seah dalam pengertiannya merupakan sebutan untuk angin yang menyapu suatu tempat dengan kecepatan tertentu hingga menimbulkan suara berisik.

Pada masa Prabu Linggabuana berkuasa di Sunda Kawali abad 14, daerah ini termasuk wilayah dibawah keprabuan Dondang Kancana.

Keprabuan Dondang Kancana awalnya meliputi yang sekarang disebut daerah Lemah sugih,Bantarujeg,Banjar , Maja, Argapura dan Cikijing. Namun setelah terjadi kekisruhan kekekuasaan, maka kedaulatan dikembalikan ke kerajaan induk yaitu kerajaan Sunda Galuh Kawali kemudian sebagian besar wilayahnya oleh Prabu Niskala Wastu Kancana, diserahkan ke Kerajaan Talaga yang saat itu sedang berkembang. Setelah Keprabuan Dondang Kancana tamat, maka Keadipatian Rajagalun berubah menjadi Keprabuan hingga tahun 1530 M.

 

Dikisahkan pada masa Keprabuan Dongdang Kancana disebuah lereng gunung ada sebuah curug yang tersembunyi, namanya sawer, kata sawer mengacu para cara air terjun yang jatuhnya sangat tipis tapi percikan airnya melebar kemana mana..

Namun disana terdapat kerajaan Siluman Maung Putih,dimana rajanya terkenal sangat sakti. Karena lokasinya tersembunyi, jadi curug tersebut tidak mudah ditemukan. Beberapa jawara, yang mencoba menaklukan Maung Putih bila ingin ke curug sawer , harus paham terdapat tanda tandanya yaitu diatas curug tersebut ada pepohonan bambu dan bila ada angin maka suaranya berisik serta menakutkan. Setiap jawara atau pendekar yang berhasil datang kesana hnya untuk menaklukkan

siluman Maung Putih selalu pulang nama.

 

Hal ini terdengar oleh Raden Pamanah rasa atau Prabu Anom Jayadewata, yang saat itu berada di Walangsuji Talaga. Prabu Anom Jayadeta yang kelak menjadi Raja Pajajaran , dengan ditemani oleh Ki Purwa Kalih mencoba datang kesana. Sebelumnya bertanya letaknya, pada seseorang yang bernama Kijang Pananjung, yang ditanya mengatakan tempatnya berada bila terdengar angin dengan suara yang menakutkan.

 

Setelah mencari kemana -mana, terdengarlah suara angin yang meniup rimbun pohon bambu, yang menimbulkan suara menakutkan. Kemudian Prabu Anom Jayadewata berteriak, “oh disana yang terdengar Haur Seah”, atau pohon bambu yang diterpa angin yang suaranya riuh.

 

Karena yang berkata adalah seorang calon raja maka sejak itu penduduk setempat menyebutnya HAURSEAH, karena disekitar curug itu belum ada nama kampung maka hampir menyebutnya Haurseah, hal ini juga dimaksudkan juga agar wilayah yang sebenarnya tidak mudah diketemukan, karena dimana mana menyebut kata Haurseah.

 

Dalam Tradisional Lisan nama Haurseah sudah diperkira kan sudah ada pertengahan abad ke 15. Kisah perjalanan Prabu Anom Jayadewata yang kelak bergelar Prabu Siliwangi , dalam perjalanan mencari jatidiri atas perintah kakeknya Prabu Niskala Wastu Kancana.

 

Setelah Kerajaan Pajajaran berdiri dibawah Prabu Anom Jayadewata dengan gelar Sri Baduga Maharaja, maka wilayah Haurseah termasuk daerah administrasi Keadipatian Rajagaluh yang dalam perkembangannya menjadi Kerajaan Rajagaluh yang dipimpin Prabu Cakraningrat. Karajaan Rajagaluh juga sering disebut Pajajaran Timur.

 

Setelah Kerajaan Rajagaluh kalah perang dengan Kera jaan Cirebon tahun 1530, maka oleh Kerajaan Cirebon, kerajaan Rajagaluh dibubarkan selanjutnya daerah bawahan Kerajaan Cirebon, sementara beberapa wilayah diserahkan pada Kerajaan Talaga, karena Talaga tunduk patuh dan berada dibawah lindungan Sunan Gunung Jati. Sejak itu Haurseah berdiri menjadi sebuah dusun, dibawah pemerintahan Kerajaan Talaga.

Pada masa itu Kadusunan    Haurseah termasuk dalam wilayah Kadaleman Maja yang dipimpin oleh Dalem Lumaju Agung dibawah pemerintahan Kerajaan Talaga setelah Kerajaan Talaga dirubah menjadi kabupatian maka tahun 1819 oleh Pemerintah Belanda semua dusun dan desa di Argapura termasuk Haurseah dimasukkan ke dalam distrik Maja Kabupaten Maja . Hingga tahun 1864, beberapa kadusunan meresmikan kead ministrasiannya menjadi sebuah desa yang dilengkapi perangkat. Hal ini dipicu akibat perlawanan Ki Bagus Serit dkk di Palimanan sehingga Kabupaten Begawan Wetan dibubarkan maka disusunlah struktur susunan pemerintahan secara keseluruh an,termasuk di Kabupaten Maja,diantaranya pembentukan desa-desa pada tahun 1868  Namun sebelumnya pada tahun 1811 masa pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels berakhir. Penguasaan wilayah jajahan diambil alih oleh Gubernur Raffles. Ia mengikuti kebijakan yang telah dibuat oleh Daendels sebelumnya, secara politisi Raffles menghilangkan seluruh kekuasaan sultan dan bupati. Raffles juga melakukan reorganisasi dalam pembagian wilayah administratif. Wilayah Cirebon dibagi menjadi 12 divisi (setara dengan distrik) yaitu Cirebon, Bengawan, Gebang, Losari, Kuningan, Linggajati, Talaga, Sindangkasih, Cikaso, Rajagaluh, Galuh (Ciamis), Panjalu.

Perubahan itu termasuk desa-desa di wilayah Cirebon, munculnya  desa-desa  termasuk Maja (sebelumnya keadipatian di bawah kerajaan Talaga) yang pada tahun 1819 berubah menjadi sebuah kabupaten yang membawahi Talaga, S i n d a n g k a s i h , R a j a g a l u h

,Kedongdong dan Palimanan . Lahirnya Desa Haurseah diper kirakan tahun 1868, seiring lahirnya beberapa desa di wilayah Kabupaten Maja. ( bisa dilihat kuwu pertama desa Haurseah tahun 1868)

.

0 Komentar

PEMERINTAH DESA HAURSEAH

Jl.Desa Haurseah Kecamatan Argapura Kabupaten Majalengka 45462

085295505051

[email protected]

Ikuti Kami
Kategori Berita
Link Terkait

© Pemerintah Desa Haurseah. All Rights Reserved. Powered by easydes.id

Design by HTML Codex

Hubungi kami